Pola Dakwah di Afrika Utara

Sejarah perjalanan dakwah Islam di Afrika Utara sejak Islam masuk disana selama 13 abad yang meliputi dua per tiga benua yang luas itu dengan sekian banyak suku bangsa yang berbeda-beda. Hubungan dengan gereja Kristen di Mesir dan dibagian lain Afrika Utara, Nubia, dan abbyssinia, bahwa agama Islam yang disebarkan disana ialah pertama-tama dikalangan penduduk penyembah berhala di Afrika Utara, lalu diseluruh Sudan dan sepanjang daerah pantai Barat, kemudian menyusur sepanjang pantai timur sampai ke koloni Cape.
Data sejarah memaparkan bahwa penyebaran islam di Afrika, sasaran pertama kali yang dilakukan umat Islam ialah masyarakat Afrika yang menganut Kristen dari kalangan bangsa Barbar. Bangsa Barbar ini merupakan perlawanan kepada pasukan Islam (Arab) sehingga tindakan kekerasan terjadi lebih menonjol daripada cara-cara dalam persuasi dalam usaha mengislamkan penduduk.[1]
Pola dakwah yang dilakukan umat Islam lebih dengan pendekatan politik atau kekuatan militer, sehingga upaya dakwah dengan tujuan untuk mengislamkan penduduk Kristen di Afrika lebih menonjol konfrontasi sehingga kaum Kristen Barbar yang memeluk Islam sebagian mereka atas dasar keterpaksaan sehingga mereka keluar masuk Islam berulang kali.
            Akan tetapi, sebagian mereka memeluk agama Islam atas dasar kesadaran sehingga upya diplomasi dilakukan dalam berdakwah. Perdamaian pun diciptakan dengan syarat bangsa Barbar harus menyediakan 12.000 anggota korp yang masing-masing dipimpin oleh putra al-Khinah, agar mereka turut serta berperang membela Islam dalam berdakwah supaya mereka tertarik masuk Islam atas daya tarik ghanimah.
            Dengan masuknya Islam kaum Barbar yang kemudian bergabung dengan pasukan Islam untuk berdakwah menggunakan pendekatan politik dan dalam bentuk kolektivitas, maka 7.000 tentara Barbar berlayar dari Afrika pada tahun 711 di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad yang juga seorang Barbar, berhasil mereka memasuki dan menaklukan Spanyol dan masyarakat Spanyol memeluk Islam atas dasar kesadaran mereka sendiri.
            Masyarakat Spanyol yang baru memeluk Islam lalu diajarkan Al-qur’an yang didatangkan dari ulama besar asal Afrika, dari orang-orang muslim Afrika memberikan jasa besar terhadap perkembangan dakwah Islam di Spanyol, seperti Musa penakluk besar Afrika, dan khalifah Abdul Malik dari Daulah Abbasiyah membebaskan para tawanan dan memberikan harapan bagi mereka sebagai putra-putra yang berjasa dalam membela agama Islam.
            Selain itu, cara menarik kaum Barbar agar memeluk Islam dengan jalan memberikan pemahaman kepada mereka, lalu diislamkan kemudian dibina mereka sesuai dengan bakat dan kemampuan (keahlian) mereka berkarir. Begitu juga abad ke-11 tokoh muslim Barbar bernama Yahya bin Ibrahim menjalankan ibadah haji sambil berdakwah. Pemerintahan Yusuf Tashafin, pendiri Maroko pada tahun 1062 dan amir ke-2 dinasti Almurawiyah, sangat sukses dalam kegiatan dakwah, dan banyak orang-orang Negro yang kemudian masuk Islam. Bahkan orang-orang Barbar berdakwah dikerajaan Ghana dan berhasil menggulingkan pemerintahan sehingga penduduk dam pemerintah Ghana seluruhnya menjadi muslim.
            Bahkan pada masa-masa selanjutnya perkembangan-perkembangan dakwah Islam mengalami kemajuan pesat dimana Islam bukan saja dipeluk oleh rakyat tetapi juga para penguasa dari beberapa kerajaan di Afrika seperti kerajaan Ghana, Dinasti Fulbe, kerajaan Wadai dan Baghirmi, kerajaan Songhai, bahkan di daerah-daerah Afrika yang menjadi koloni Inggris dan Jerman tidak sedikit mereka masuk Islam hingga abad ke-17 dan abad ke-18 walaupun kegiatan dakwah Islam lebih menonjol pada abad-abad berikutnya. Afrika Timur Laut dewasa ini memperlihatkan adanya kegiatan dakwah Islam yang penuh semangat. Beberapa ratus Da’i (mubaligh) datang setiap tahun dari Arabia yang berhasil mengIslamkan penduduk di wilayah Somalia dan Galla dan daerah-daerah lainnya. Walaupun proses dakwah dalam upaya mengIslamkan bangsa Barbar dan bangsa-bangsa umumnya di Afrika pada mulanya dilakukan dengn cara-cara tindak kekerasan, akan tetapi pada akhirnya aktivitas dakwah secara umum dilakukan dengan usaha-usaha damai dari para mubalig Arab dan Afrika itu sendiri.[2]
            Bahkan, pemerintah penjajahan Eropa di Afrika secara tidak langsung turut membantu kemajuan Islam, sebab dengan terpaksa pemerintah itu mengangkat orang-orang Islam sebagai pegawai pemerintah daerah, guru dan anggota tentara sehingga mereka menambah prestasi Islam di mata orang-orang paganis di Afrika. Di sisi lain, perkembangan Islam makin kuat dan memperoleh sukses kuat luar biasa diakibatkan pecah belah Afrika oleh kaaum penjajah Eropa yang mengambil alih kekuasaan dari kaum Muslimin makin mendorong kaum muslimin melakukan gerakan dakwah memperoleh hasil luar biasa[3]
Kedatangan Islam di Afrika Utara terjadi pada masa kekhalifahan Umar Ibn al-Khathab. Pada masa itu kekuasaan Islam di tahun 640 M, sudah berhasil memasuki Mesir di bawah komando ‘Amr ibn al-‘Ash.[4]
Pada masa kekhalifahan Usman ibn Affan penaklukan Islam sudah meluas sampai ke Barqah dan Tripoli. Penaklukan atas dua wilayah itu dimaksudkan untuk menjaga keamanan daerah Mesir. Penaklukan itu tidak berlangsung lama, karena gubernur-gubernur Romawi menduduki kembali wilayah-wilayah yang telah ditinggalkan itu. Namun kekejaman dan pemerasan yang mereka lakukan telah mengusik ketenteraman pendududk asli, sehingga tidak lama kemudian penduduk asli sendiri memohon kepada orang-orang muslim untuk membebaskan mereka dari kekuasaan Romawi. Pada waktu kekuasaan Islam sudah berpindah kepada Muawwiyah Ibn Sufyan khalifah pertama bani Ummayah. Ia bertekad untuk memberikan pukulan terakhir kepada kekuasaan Romawi di Afrika Utara, dan mempercayakan tugas ini kepada seorang panglima masyhur Uqbah Ibn Nafi al-Fikri (W. 683 M), yang telah menetap di Barqah sejak daerah itu ditaklukan.
Pada tahun 50 H/670 M ‘Uqbah mendirikan kota militer yang termasyhur, Kairawan, disebelah selatan Tunisia. Tujuannnya adalah untuk mengendalikan orang-orang Barbar yang ganas dan sukar diatur,dan juga untuk menjaga terhadap perusakan-perusakan yang dilakukan oleh orang-orang Romawi dari laut. Perjalanan ‘Uqbah yang cemerlang itu dan pukulan-pukulannya yang menghancurkan orang-orang Romawi dan Barbar, telah membuat negeri itu aman selama beberapa tahun.
Akan tetapi, pada tahun 683 M orang-orang Islam di Afrika utara mengalami kemunduran yang hebat, karena orang-orang Barbar dibawah kepemimpinan Kusailah bangkit memberontak dan mengalahkan ‘Uqbah. Dia dan seluruh pasukannya tewas dalam pertempuran. Sejak saat itu orang-orang Islam tidak berdaya mengembalikan kekuasaannya di Afrika Utara, karena selain berhadapan dengan bangsa Barbar juga ada bangsa Romawi yang memanfaatkan kesempatan dalam pemberontakan tersebut.
Dalam kondisi seperti ini penyebaaran Islam tidak bisa menyebar dengan baik keadaan ini berlanjut hingga terjadi pergantian Gubernur dari Hasan Ibn Nu’man kepada Musa Ibn Nusair tahun 708 M, pada awal pemerintahan al-Walid Ibn Abdul Malik (86-96 H)/705-715 M. bahkan pergantian pimpinan ini pun juga mendorong orang-orang Barbar mengadakan pemberontakan untuk melepaskan diri dari kekuasaan Islam. Musa dapat mematahkan pemberontakan mereka, dan untuk mengantisipasi timbulnya pemberontakan lagi dia menetapkan kebijakan “Perujukan”, yaitu menempatkan orang-orang Barbar kedalam pemerintahan orang-orang Islam.
Ketika pemerintahahan dipegang oleh Musa, di Afrika Utara terjadi perubahan sosial dan politik yang cukup drastis. Perlawanan orang-orang Barbar yang ganas dapat dihancurkan domanasi politik berada di tangan orang orang muslim dan da’wah Islam yang menyebar dengan kecepatan yang luar biasa. Hal-hal inilah yang menyebabkan sebagian sejarawan menganggap Musa Ibn Nusair sebagai penakluk yang sesungguhnya atas Afrika Utara.
Satu hal perlu dikemukakan bahwa seluruh pemberontakan yang terjadi di Afrika Utara dilakukan oleh orang-orang Barbar dan kaum Khawarij. Tidak diketahui bagaimana faham Khorijiah masuk ke daerah itu dan kemudian menyebar disana. Yang pasti semangat egalitarian dan karakter oposisinya terhadap pemerintahan Bani Umayyah telah mereflesikan aspirasi orang-orang Barbar.
Oleh karena itu, dapat diduga bahwa kesamaan aspirasi itulah yang menyebabkan faham keagamaan tersebut mudah diterima oleh orang-orang Barbar, bahkan kira-kira pada tahun 132 H/750 M, hampir seluruh orang Afrika Utara menganut faham ini.
Adapun proses masuknya Islam ke Andalusia terjadi pada masa Khalifah al-Walid (705-715 M) salah seorang khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Sebelum dikalahkan dan kemudian di kuasai Islam dikawasan ini terdapat kantung-kantung yang menjadi basis kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Gothik. Kerajaan ini sering menghasut penduduk agar membuat kerusuhan dan menentang kekuasaan islam sesudah kawasan ini betul-betul sudah dapat dikuasai, umat Islam mulai memusatkan perhatiannya untuk menaklukan Andalusia. Dengan demikian, Afrika utara menjadi batu loncatan bagi kaum Muslimin dalam penaklukan wilayah Andalusia.
Dalam proses penaklukan spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan kesana. Mereka adalah Tarif Ibn Malik, Tariq Bin Ibn Ziyad dan Musa Ibn Nushair. Tarif dapat dikatakan sebagai perintis dan penyelidik. Yang menyeberangi selat yang ada diantara selat Marokko dan benua Eropa dengan satu pasukan perang, 500 orang diantaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang telah disediakan oleh Julian.7 Dalam penyerbuan itu tarif tidak mendapatkan perlawanan yang berarti ia kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilah Tarif dan kemelut yang terjadi dalam kerajaaan Gothik serta didorong untuk memperoleh harta rampasan perang Musa Ibn Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke Andalusia sebanyak 7000 orang dibawah pimpinan Thariq Ibn Ziyad.
Thariq Ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penakluk spanyol, karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang didukung oleh Musa Ibn Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah al-Walid.
Pasukan Tariq dapat menaklukan kota-kota penting seperti cordova, Granada, dan Toledo (Ibu kota kerajaan Gothia).
Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq Ibn Ziyad membuka jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Untuk itu, Musa Ibn Nushair merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan maksud membantu perjuangan Thariq. Dengan suatu masukan yang besar ia berangkat saat itu menyebrangi selat Gibraltar dan satu persatu kota yang dilewatinya dapat ditaklukan musa dapat menaklukan Sidonia, Carmona, Sevile, dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Gothia, Theodomir di Orihuela. Kemudian ia bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari Saragosa sampai Navarre.
Kemenangan-kemenanga­n yang dicapai oleh umat islam nampak begitu mudah hal itu tidak dipisahkan dari adanya faktor Eksternal dan Internal yang menguntungkan. Yang dimaksud dengan faktor Eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam negeri spanyol sendiri pada masa penaklukan Andalusia oleh orang-orang islam kondisi social, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan yang menyedihkan. Secara politik wilayah Andalusia terkoyak-koyak dan terbagi-bagi dalam beberapa Negara kecil.
Didalam suatu kondisi seperti itu kaum tertindas menanti kedatangan juru pembebas dan juru pembebasnya mereka temukan dari orang Islam.Buruknya kondisi social, ekonomi dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan raja Roderick, raja Gothia terakhir yang dikalahkan islam.
Adapun yang dimaksud faktor Internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, tokoh-tokoh pejuang dan para prajurit islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah Andalusia. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak, dan penuh percaya diri.
Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukan oleh tentara Islam yaitu toleransi persaudaraan, dan gotong royong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu menyebabkan penduduk Andalusia menyambut kehadiran islam disana
Pada periode awal pemerintahan Islam di Andalusia pemerintahan dijabat oleh para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayyah di Damaskus pada periode ini stabilitas politik belum tercapai secara sempurna sering terjadi gangguan dari dalam maupun dari luar.gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan diantara elit penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan disamping itu, terdapat perbedaan pandangan antara khalifan di Damaskus dan Gubernur di Afrika Utara yang berpusat di Kairawan, oleh karena itu terjadi dua puluh kali pergantian wali dalam kurun waktu yang amat singkat.
Gangguan dari luar datang dari sisa-sisa musuh Islam di Andalusia yang bertempat tinggal di daerah-daerah pegunungan yang memang tidak pernah tunduk kepada pemerintah islam.



[1] Thomas W. Arnold, Sejarah Dakwah, terjemahan, (Jakarta : Widjaya, 1581), hal 273;
[2] Abdul Syukur, Sejarah Dakwah di Dunia Islam, (Bandar lampung : Fak. Dakwah IAIN Raden Intan, 2010), halm 82
[3] Ibid. Halm 82
[4]Rara Pramuja, IR merah, (website : r-merah.blogspot.com, post. 2012)

Related Posts :

0 Response to "Pola Dakwah di Afrika Utara"