MAKALAH ILMU DAKWAH
SASARAN DAN RUANG LINGKUP DAKWAH
(DA’I, MAD’U DAN MADDAH)

Dosen : Fariza Makmun, S.Ag. M.Sos.I
Disusun Oleh :


                     Nurlita Daeng Ngai   : 1341040016


BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) RADEN INTAN
LAMPUNG



 KATA PENGANTAR
            Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah yang telah menjadikan setiap insan sederhana ini sebagai khalifah di bumi. Solawat teriring salam semoga selalu terlimpah kepada Rasulullah SAW. Beserta keluarga, sahabat dan seluruh umat Islam.
            Terselesaikannya penulisan makalah “ILMU DAKWAH” yang membahas tentang “DA’I, MAD’U DAN MADDAH” ini tidak lepas dari keterlibatan berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya atas kontribusi semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
            Makalah ini disajikan di samping sebagai  pemenuhan tugas kuliah, makalah ini juga disajikan guna menambah wawasan penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
            Akhir kata, tiada gading yang tak  retak. Penulis menyadari makalah ini masih sukar dikatakan sempurna maka dari itu penulis mengharapkan kritik serta saran sebagai pemacu untuk pembuatan makalah di masa yang akan datang.  



Bandar Lampung, 09 November 2013

Penulis,












  


 BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Khalayak masyarakat banyak yang menafsirkan bahwa Da’i adalah seorang muballigh yang dalam artian hanya penceramah di dalam forum tertentu dalam bentuk formal, dan mad’u yang mendengarkan apa yang disampaikan pada muballigh tersebut.
Padahal semua insan yang ada didunia ini pada dasarnya adalah muballigh, saat mereka menasihati diri sendiri, memimpin diri sendiri, berakhlak mulia dsb. Salah satunya sebagaimana yang telah terkandung pada (QS.Al-Qalam : 4)

Sy7¯RÎ)ur 4n?yès9 @,è=äz 5OŠÏàtã ÇÍÈ  
“dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS.Al-Qalam : 4) ,
   Jadi pada dasarnya setiap pribadi manusia adalah Da’i dan Mad’u, untuk itu selain menyelesaikan tugas kelompok penulis berharap agar pembaca dapat mengerti apa sebenarnya Da’i dan Mad’u serta bagaimana mengimplementasikan materi dakwah tersebut pada-nya.

B.  Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas maka penulis menyimpulkan bahwa rumusan masalah yang dapat diambil yaitu :  “Apakah yang dimaksud dengan Da’i, Mad’U,  dan materi Dakwah dan bagaimana cara mengimplementasikannya”?

C.  Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian pada makalah ini yaitu untuk mengetahui secara real tentang Da’i, Mad’u dan Materi dakwah


BAB II
PEMBAHASAN
SASARAN  DAN  RUANG  LINGKUP  DAKWAH
A.  DA’I  (Pelaku Dakwah)
1.    Pengertian Da’I
Da’I  adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok ataupun lembaga. Secara umum kata da’I sering disebut muballigh (orang yang menyampaikan ajaran islam), namun sebenarnya sebutan ini konotasinya sangat sempit, karena masyarakat cenderung mengartikannya sebagai orang yang menyampaikan ajaran Islam melalui lisan, seeperti penceramah, khatib dsb.[1] 
Dalam kata lain Da’I pada dasarnya adalah penyeru ke jalan Allah, pengibar panji-panji Islam, dan pejuang yang mengupayakan terwujudnya system Islam dalam reaalitas kehidupan umat manusia (mujahhid al-dakwah).[2]
Pada hakikatnya Da’i adalah tujuan orang yang beriman untuk mewujudkan sistem Islam dan masyarakat Islam, serta pemerintahan dan negara Islam.[3]
Jadi, menurut hemat kami Da’i dalam arti luas adalah seseorang yang menyeru pada kebaikan baik secara formal (bentuk ceramah/lisan) maupun secara informal, bahkan setiap pribadi seseorang muslim adalah Da’i, meyakini ideologi Islam (fikroh) yang mengajak fikroh islam dengan lisan, tulisan, ceramah (pidato), berbicara biasa yang mengandung kebaikan dan dengan semua perbuatan kita. Sedangkan secara sempit yaitu hanya sebatas muballigh.
Da’i menunjuk pelaku (subjek) dan penggerak (aktivitas) kegiatan dakwah, yaitu orang yang berusaha untuk mewujudkan Islam dalam semua segi kehidupan  baik pada tataran individu, keluarga, masyarkat, umat dan bangsa. Sebagi pelaku dan penggerak dakwah, dai memiliki kedudukan penting bahkan sangat penting karenaa ia dapat menjadi penentu keberhasilan dan kesusesan dakwah. 

2.    Kepribadian Seorang Da’i Berdasarkan Rohaniah
a.      Sifat-Sifat Seorang Da’i[4]
·         Iman dan Taqwa kepada Allah [5]
·         Tulus Ikhlas dan tidak mementingkan kepentingan diri pribadi[6]
·         Ramah dan penuh pengertian[7]
·         Tawadlu (Rendah diri)
·         Sederhana dan Jujur
·         Tidak memiliki sifat egoisme
·         Sifat anthusiasme (semangat)
·         Sabar dan Tawakal),
·         Memilih jiwa toleran[8], sifat terbuka (demokratis), tidak memiliki penyakit hati
b.        Sikap Seorang Da’i
·         Berakhlak Mulia[9]
·         Disiplin dan bijaksana
·         Wira’i dan berwibawa
·         Tanggung jawab
·         Berpandangan luas
·         Pengetahuan yang cukup
3.    Kepribadian seorang Da’i berdasarkan Jasmaniah
·         Sehat Jasmani
·         Berpakaian necis

4.    Kompetensi Dai
Kompetensi merupakan kumpulan dari berbagai kebiasaan dan kekuatan (power) yang dimiliki seorang da’I, meliputi kekuatan intelektual (knowledge), ketrampilan (skiil), sikap dan moral (attitude), dan kekuatan spiritual (spiritual power).[10]
a.    Kekuatan Intelektual (wawasan keilmuan)
Dalam pandangan ulama besar dunia, Yusuf al-Qardhawi, seorang dai perlu melengkapi diri dengan tiga senjata yaitu : iman (silah al-iman), akhlak mulia (al-akhlaq al-karimah), ilmu pengetaahuan, dan wawasan.   Senjata iman dan akhlak disebut Qardhawi sebagai bekal spiritual, sedangkan ilmu dan wawasan disebut sebagai bekal intelektual. Menurut Qardhawi ada enam wawasan intelektual yang dimiliki seorang da’i yaitu sebagai berikut :
1.    Wawasan Islam, meliputi Al-Quran, sunnah, fiqh, teologi, tasawuf, dsb.
2.    Wawasan sejarah, dari periode klasik, pertengahan hingg modern
3.    Sastra dan bahasa
4.    Ilmu-ilmu sosial, meliputi sosiologi, antropologi, psikologi, filsafat dan etika
5.    Wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi,
6.    Wawasan perkembangan-perkembangan dunia kontemporer, perkembangan dunia Islam, perkembangan dunia barat, perkembangan agama dan mazhab-mazhab pemikiran, serta perkembangan pergerakan Islam kontemporer.
b.    Kekuatan Moral (Akhlak Da’i)
Sayyiq Quthub menekankan tiga kekuatan lain yang juga penting dan wajib dimiliki seorang da’i yaitu : kekuatan moral, spiritual, dan perjuangan. Dan akhlak yang paling penting dalam jiwa seorang da’i agar mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dan pengembang masyarakat Islam yaitu : kasih sayang (Rahmah), intregitas (kesatuan kata dan perbuatan), kerja keras dan sabar.

c.    Kekuatan Spiritual
1.    Bekal Iman
Dalam menafsirkan QS. Ali-Imran : 110, yang  berbunyi :
 öNçGZä. uŽöyz >p¨Bé& ôMy_̍÷zé& Ĩ$¨Y=Ï9 tbrâßDù's? Å$rã÷èyJø9$$Î/ šcöqyg÷Ys?ur Ç`tã ̍x6ZßJø9$# tbqãZÏB÷sè?ur «!$$Î/ 3 öqs9ur šÆtB#uä ã@÷dr& É=»tGÅ6ø9$# tb%s3s9 #ZŽöyz Nßg©9 4 ãNßg÷ZÏiB šcqãYÏB÷sßJø9$# ãNèdçŽsYò2r&ur tbqà)Å¡»xÿø9$# ÇÊÊÉÈ  
Artinya : “kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”.
Quthub berkata : Bekal mereka adalah iman, Perbendaharaan mereka juga iman. Adapun sandaran mereka adalah Allah, semua bekal selain bekal iman pasti habis, semua perbendaharaan selain perbendaharaan iman juga habis. Adapun setiap sandaran selain sandaran Allah bakal roboh.[11]
2.    Bekal Ibadah
Keharusan tentang pemberdayaan ibadah ini dengan jelas dapat di baca dalam ayat-ayat pertama (QS. Al-Muzzammil : 1-10)
$pkšr'¯»tƒ ã@ÏiB¨ßJø9$# ÇÊÈ   ÉOè% Ÿ@ø©9$# žwÎ) WxÎ=s% ÇËÈ   ÿ¼çmxÿóÁÏoR Írr& óÈà)R$# çm÷ZÏB ¸xÎ=s% ÇÌÈ   ÷rr& ÷ŠÎ Ïmøn=tã È@Ïo?uur tb#uäöà)ø9$# ¸xÏ?ös? ÇÍÈ   $¯RÎ) Å+ù=ãZy šøn=tã Zwöqs% ¸xÉ)rO ÇÎÈ   ¨bÎ) spy¥Ï©$tR È@ø©9$# }Ïd x©r& $\«ôÛur ãPuqø%r&ur ¸xÏ% ÇÏÈ   ¨bÎ) y7s9 Îû Í$pk¨]9$# $[sö7y WxƒÈqsÛ ÇÐÈ   ̍ä.øŒ$#ur zNó$# y7În/u ö@­Gu;s?ur Ïmøs9Î) WxÏFö;s? ÇÑÈ   >§ É-ÎŽô³yJø9$# É>̍øópRùQ$#ur Iw tm»s9Î) žwÎ) uqèd çnõσªB$$sù WxÏ.ur ÇÒÈ   ÷ŽÉ9ô¹$#ur 4n?tã $tB tbqä9qà)tƒ öNèdöàf÷d$#ur #\ôfyd WxŠÏHsd ÇÊÉÈ  
Artinya :
1.      Hai orang yang berselimut (Muhammad),
2.      bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari[1525], kecuali sedikit (daripadanya),
3.       (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit.
4.      atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.
5.      Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu Perkataan yang berat.
6.      Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.
7.      Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak).
8.      sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.
9.       (Dia-lah) Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Maka ambillah Dia sebagai Pelindung.
10.  dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik.
Surat ini menurut Quthub, memperlihatkan lembaran sejarah dakwah Nabi, dimulai dengan seruan agung untuk melaksanakan tugas dakwah dan memberi gambaran tentang persiapan-persiapan rohani yang harus dilakukan oleh Nabi. Persiapan-persiapan itu antara lain berupa keharusan bagi nabi agar melakukan sholat malam (qiyam al-layl), membaca Qur’an, zikir, dan berserah diri kepada Allah.
Dengan ini bukan berarti Allah mempersulit dengan hal tersebut namun memberi bekal mereka agar mampu mengemban tugas berat yang akan mereka hadapi sepanjang hidup mereka. Untuk itu kemudian Allah memberi keringanan kepada mereka dengan diturunkannya bagian kedua  (terakhir) surat Al-Muzzamil yang menyatu dalam satu ayat yang sangat panjang, berikut ini :
* ¨bÎ) y7­/u ÞOn=÷ètƒ y7¯Rr& ãPqà)s? 4oT÷Šr& `ÏB ÄÓs\è=èO È@ø©9$# ¼çmxÿóÁÏRur ¼çmsWè=èOur ×pxÿͬ!$sÛur z`ÏiB tûïÏ%©!$# y7yètB 4 ª!$#ur âÏds)ムŸ@ø©9$# u$pk¨]9$#ur 4 zOÎ=tæ br& `©9 çnqÝÁøtéB z>$tGsù ö/ä3øn=tæ ( (#râätø%$$sù $tB uŽœ£uŠs? z`ÏB Èb#uäöà)ø9$# 4 zNÎ=tæ br& ãbqä3uy Oä3ZÏB 4ÓyÌó£D   tbrãyz#uäur tbqç/ÎŽôØtƒ Îû ÇÚöF{$# tbqäótGö6tƒ `ÏB È@ôÒsù «!$#   tbrãyz#uäur tbqè=ÏG»s)ムÎû È@Î6y «!$# ( (#râätø%$$sù $tB uŽœ£uŠs? çm÷ZÏB 4 (#qãKŠÏ%r&ur no4qn=¢Á9$# (#qè?#uäur no4qx.¨9$# (#qàÊ̍ø%r&ur ©!$# $·Êös% $YZ|¡ym 4 $tBur (#qãBÏds)è? /ä3Å¡àÿRL{ ô`ÏiB 9Žöyz çnrßÅgrB yZÏã «!$# uqèd #ZŽöyz zNsàôãr&ur #\ô_r& 4 (#rãÏÿøótGó$#ur ©!$# ( ¨bÎ) ©!$# Öqàÿxî 7LìÏm§ ÇËÉÈ   
Artinya “Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, Maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai Balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS.Al-Muzzammil : 20 ). [12]
4.    Perjuangan Da’i
Bentuk perjuangan Da’i :
·         Kesaksian (komitmen) yang ia tunjukkan kepada Islam.
·         Dari pengorbanan dan kesanggupan menghadapi berbagai ujian dan cobaan
·         Perjuangan itu pada akhirnya membuahkan hasil mencapai kemenangan, tentu dengan izin Allah. [13]

B.  MAD’U (Penerima Dakwah)
1.    Pengertian
Mad’u, yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak (manusia secara keseluruhan).[14]
Dengan kata lain mad’u adalah salah satu sasaran utama yang hendak dicapai melalui dakwah adalah pemberdayaan masyarakat menuju lahirnya suatu komunitas yang disebut pada (QS. Ali-Imran : 110) :
öNçGZä. uŽöyz >p¨Bé& ôMy_̍÷zé& Ĩ$¨Y=Ï9 tbrâßDù's? Å$rã÷èyJø9$$Î/ šcöqyg÷Ys?ur Ç`tã ̍x6ZßJø9$# tbqãZÏB÷sè?ur «!$$Î/ 3 öqs9ur šÆtB#uä ã@÷dr& É=»tGÅ6ø9$# tb%s3s9 #ZŽöyz Nßg©9 4 ãNßg÷ZÏiB šcqãYÏB÷sßJø9$# ãNèdçŽsYò2r&ur tbqà)Å¡»xÿø9$# ÇÊÊÉÈ  
Artinya : “kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Ali-Imran : 110)
Bukan hanya dari aspek keimanan dan ibadah semata, melainkan dari aspek ekonomi, sosial, pendidikan dan iptek, dsb. [15]
Muhammad Abduh membagi mad’u  menjadi tiga golongan yaitu sebagai berikut :
1.      Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran, dapat berfikir secara kritis, dan cepat dapat menangkap persoalan
2.      Golongan awam, yaitu orang kebanyakan yang belum dapat berfikir secara kritis dan mendalam, serta belum dapat menangkap pengertian-pengertian yang tinggi.
3.      Golongan yang berbeda dengan kedua golongan tersebut, mereka senang membahas sesuatu tetapi hanya dalam batas tertentu saja, dan tidak mampu membahasnya secara mendalam.[16]
Dalam Al-Qur’an, keharusan menjadikan Mad’u sebagai sentral dakwah diisyaratkan sebagai suatu strategi menjelaskan pesan-pesan agama. Al-Quran menggunakan redaksi al-lisan, sebagai suatu simbol yang mengacu kepada aspek kemanusiaan (humanitas) mad’u[17]. Seperti dalam (QS.Ibrahim : 4) :
!$tBur $uZù=yör& `ÏB @Aqߧ žwÎ) Èb$|¡Î=Î/ ¾ÏmÏBöqs% šúÎiüt7ãŠÏ9 öNçlm; ( @ÅÒãŠsù ª!$# `tB âä!$t±o Ïôgtƒur `tB âä!$t±o 4 uqèdur âƒÍyèø9$# ÞOÅ3ysø9$# ÇÍÈ  
Artinya : “Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. dan Dia-lah Tuhan yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana”. (QS.Ibrahim : 4)
2.    Hak-Hak Mad’u
·      Hak hubungan sosial antar pribadi
·      Hak hubungan antar keterkaitan komunikasi

3.    Klasifikasi Mad’u Menurut Sikapnya Terhadap dakwah
Pakar Dakwah Abdul Karim Zaidan mengelompokkan manusia dalam enpat kategori berdasarkan sikapnya terhadap dakwah yaitu :
·      Al-ma’la (pemuka masyarakat)
·      Jumhur al-nas (mayoritas manusia)
·      Munafiqun (orang-orang munafik)
·      Al-usat (para pendurhaka)[18]
Muhammad Abduh membagi mad’u  menjadi tiga golongan yaitu sebagai berikut :
1.      Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran, dapat berfikir secara kritis, dan cepat dapat menangkap persoalan
2.      Golongan awam, yaitu orang kebanyakan yang belum dapat berfikir secara kritis dan mendalam, serta belum dapat menangkap pengertian-pengertian yang tinggi.
3.      Golongan yang berbeda dengan kedua golongan tersebut, mereka senang membahas sesuatu tetapi hanya dalam batas tertentu saja, dan tidak mampu membahasnya secara mendalam.[19]

C.  MADDAH ( Materi) Dakwah
1.    Pengertian
            Maddah adalah isi pesan atau materi dakwah yang disampaikan da’i kepada mad’u.[20]  Pada dasarnya Materi dakwah Islam tergantung pada tujuan yang hendak dicapai.[21]

2.    Klasifikasi Materi Dakwah Islam
secara global dakwah dapat diklasifikasikan menjadi empat masalah pokok yaitu :
1.      Masalah Keimanan (Aqidah)
2.      Masalah KeIslaman (Syariah)
3.      Masalah budi pekerti (akhlaqul karimah)
1.    Masalah Aqidah
Aqidah dalam Islam bersifat i’tiqad bathiniyah yang mencakup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan rukun iman. Masalah aqidah ini secara garis besar ditunjukkan oleh Rasulullah Saw. Dalam sabdanya yang artinya :
” Iman ialah engkau percaya kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari akhir, dan percaya adanya ketentuan Allah yang baik maupun yang buruk” (HR. Muslim)
Di bidang Aqidah ini bukan staja tertuju pada masalah-masalah yang wajib diimani, akan tetapi materi dakwah meliputi juga masalah-masalah yang dilarang sebagai lawannya, misalnya syirik, ingkar dengan adanya Tuhan dan sebagainya.

2.    Masalah Syariah
Syariah dalam Islam adalah berhubungan erat dengan amal lahir (nyata) dalam rangka mentaati semua peraturan/hukum Allah guna mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan mengatur pergaulan hidup antara sesama manusia. Sabda Rasulullah Saw, yang artinya :
“Islam adalah bahwasanya engkau menyembah kepada Allah SWT. Dan janganlah engkau mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun mengerjakan sembahyang, membayar zakat-zakat yang wajib,  berpuasa pada bulan Ramadhan dan menunaikan ibadah haji di Mekkah (Baitullah).” (HR. Asy-Asyaikhani)
    Hadist tersebut mencerminkan hubungan antara manusia dengan Allah SWT., artinya masalha-masalah yang berhubungan dengan masalah Syariah bukan saja terbatas pada ibadah kepada Allah, akan tetapi masalah-masalah yang bekenaan dengan pergaulan hidup antara sesama manusia diperlukan juga. Seperti hukum jual beli, berumah tangga, bertetangga, warisan, kepemimpinan, dsb. Demikian juga larangan. Larangan Allah seperti berzina, mencuri dan perbuatan keburukan lainnya yang menjadi materi dakwah Islam.[22]

3.    Masalah Budi Pekerti (akhlaqul Karimah)
Masalhah akhlak dalam aktivitas dakwah (sebagai materi dakwah) merupakan pelengkap saja, yakni untuk melengkapi keimanan dan keislaman seseorang. Meskipun akhlak berfungsi sebagai pelengkap, bukan berarti masalah akhlak kurang penting dibandingkan dengan masalah keimanan dan keislaman, akan tetapi akhlak adalah sebagai penyempurna keimanan dan keiaslaman. Sebab Rasulullah saw. sendiri pernah bersabda yang artinya : “Aku (Muhammad) diutus oleh Allah didunia ini hanyalah untuk menyempurnakan Akhlak”.(hadist shahih)
4.    Sumber-Sumber Materi Dakwah
a.    Al-Qur’an dan Al-Hadist
Agama Islam adalah agama yang menganut ajaran kitab Allah yakni Al-Qur’an dan Al-Hadist yang mana keduanya merupakan sumber utama ajaran Islam. Oleh karena itu materi dakwah Islam tidaklah dapat terlepas dari dua sumber tersebut, bahkan bila tidak berstandar dari keduanya, seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia dan dilarang oleh syariat Islam.
b.    Rakyu Ulama (opini Ulama)
Islam munganjurkan umatnya untuk berfikir, berijtihad menemukan hukum-hukum yang sangat operasional sebagai tafsiran dan Aqwil Al-Quran dan Hadist. Maka dari hasil pemikiran dan penelitian para ulama ini dapat pula dijadikan sumber kedua setelah Al-Quran dan Hadist. Dengan kata lain penemuan baru yang tidak bertentangan dengan Al-Quran dan Hadist dapat pula dijadikan sebagai sumber materi dakwah.
















BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari uraian pembahasan diatas maka penulis menyimpulkan sebagai berikut:
Da’i dalam arti luas adalah seseorang yang menyeru pada kebaikan baik secara formal (bentuk ceramah/lisan) maupun secara informal, bahkan setiap pribadi seseorang muslim adalah Da’i, meyakini ideologi Islam (fikroh) yang mengajak fikroh islam dengan lisan, tulisan, ceramah (pidato), berbicara biasa yang mengandung kebaikan dan dengan semua perbuatan kita. Sedangkan secara sempit yaitu hanya sebatas muballigh.
Mad’u, yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak (manusia secara keseluruhan)
Maddah adalah isi pesan atau materi dakwah yang disampaikan da’i kepada mad’u.  Pada dasarnya Materi dakwah Islam tergantung pada tujuan yang hendak dicapai. secara global dakwah dapat diklasifikasikan menjadi empat masalah pokok yaitu :Masalah Keimanan (Aqidah), Masalah KeIslaman (Syariah),  dan Masalah budi pekerti (akhlaqul karimah).









DAFTAR PUSTAKA
A.Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Qhutub, Jakarta : Permadani, cet ke-2, 2008
Achmad Mubarok, Psikologi Dakwah, Jakarta : Pustaka Firdaus, cet ke-4, 2008
Dr.A.Ilyas Ismail dan Prio Hotman, Filsafat Dawah/Rekayasa membangun agama dan peradaban Islam, Jakarta : kencana, cet.1, 2011
Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, Jakarta : kencana, cet.II, 2009
SYAMMIL AL-QUR’AN, Bandung  : PT Sigma Examedia Arkanleema






















[1] Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta : kencana, cet.II,2009), halm 22
[2] A.Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Qhutub, (Jakarta : Permadani, 2008) cet ke-2 hlm.27
[3] Dr.A.Ilyas Ismail dan Prio Hotman, Filsafat Dawah/Rekayasa membangun agama dan peradaban Islam,( Jakarta : kencana, 2011, cet.1) halm.74

[4] Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya : Al-Ikhlas,1983) halm.60
[5] QS. Al-Baqarah : 44 dan 8-9) dan (QS. AL-Isra’ : 81)
[6] Asmuni Syukir,op.cit. halm 39
[7] QS. Ali-Imran :159)
[8] QS.Al-Kafiruun : 6)
[9] QS.Al-Baqarah:6)
[10] Ibid. Hlm 77
[11] Ibid. Halm 106
[12] Ibid 110
[13] Ibid halm 121
[14] Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi. Op.cit, halm 23
[15] A.Ilyas Ismail. Op.cit hlm. 155
[16] Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi. Op.cit, halm 24
[17] A.Ilyas Ismail. Op.cit hlm. 157

[18]  Ibid. Halm.173
[19] Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi. Op.cit, halm 24
[20]  Ibid. Hlm. 24
[21] Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya : Al-Ikhlas,1983) halm.60
[22] Ibid halm.62

Related Posts :

  • MENJENGUK ORANG SAKIT v\:* {behavior:url(#default#VML);} o\:* {behavior:url(#default#VML);} w\:* {behavior:url(#default#VML);} .shape {behavior:url(#default#VM… Read More...
  • PEMIKIRAN POLITIK ISLAM MAKALAH METODOLOGI STUDY ISLAM PEMIKIRAN POLITIK ISLAM Dosen : Dr. Jasmadi, M.Ag Disusun Oleh :          … Read More...
  • HAJI DAN UMRAH HAJI  DAN UMRAH A.      Pengertian Haji dan Umrah Haji (asal ma’nanya) ialah Qashad “menyengaja sesuatu… Read More...
  • MAKALAH ILMU DAKWAH SASARAN DAN RUANG LINGKUP DAKWAH (DA’I, MAD’U DAN MADDAH) Dosen : Fariza Makmun, S.Ag. M.Sos.I Disusun Oleh : … Read More...

0 Response to " "